Ramadhan #17: Bersepeda di Bulan Puasa

 

Sumber foto: pexels.com

Nggak kayak biasanya, gue yang setiap habis subuh pasti tidur, pagi ini gue sepedahan. Sepedahannya nggak jauh-jauh. Masih sekitaran kawasan rumah gue aja. Kayuhan sepedanya pun santai, supaya energi untuk berpuasa tetap terjaga.

Tentu nggak cuma sepedahan, biar gimanapun juga, gue tetap harus cari ide buat blog edisi spesial ramadhan gue hari ini. Tapi kalo mau jujur, ini salah satu perjalanan mencari ide yang paling menyenangkan yang pernah gue rasakan. Udara sejuk dan matahari yang belum terbit sempurna, menemani gue dalam menjemput ide.

Gue itu paling nggak suka kalo harus sepedahan sembari berpikir. Meskipun tujuan gue adalah mencari ide, tapi gue nggak mau kalo harus melewatkan indahnya suasana pagi. Jadi gue sepedahan sambil mencari ide dari pemandangan yang gue lihat.

Sepanjang jalan, gue banyak melewati tanaman putri malu yang dibasahi embun pagi. Gue memerhatikannya dengan seksama. Melihat bagaimana cara ia menguncup jika merasa terancam. Tentu nggak ada ide yang gue hasilkan darinya. Yang ada, semakin lama gue memandanginya, malah semakin banyak orang-orang lewat yang memandangi gue dengan tatapan heran. Nih abang-abang ngapain ya, jongkok di pinggir jalan sambil ngeliatin rumput? Mungkin begitu pikir mereka. Kan jadinya gue yang malu.

Gue juga banyak melihat hewan yang hendak mencari makan di pagi hari, seperti ayam, entog, bebek, dan angsa. Di antara keempat unggas tersebut, hewan yang paling misterius  di mata gue adalah entog, karena gue belum tau cita rasanya saat dimakan. Yang paling menyebalkan adalah ayam dan angsa. Kalo ayam, walaupun doi merupakan salah satu makanan favorit gue, yang paling nggak gue suka darinya adalah ketika gue sedang mengendarai motor, terus dia tiba-tiba nyebrang sembarangan. Sedangkan angsa atau soang, nggak bisa lihat orang lewat sedikit di depan matanya, pasti doi langsung nyosor. Sementara bebek, gue nggak punya masalah pribadi dengannya, kecuali satu: tainya.

Perjalanan gue mencari ide masih belum berakhir. Kalo dari tanaman dan hewan yang gue jumpai nggak bisa memberi gue ide, biasanya gue memerhatikan perilaku manusia yang gue temui. Ada yang lagi OTW warung buat belanja. Ada yang lagi manasin motor tapi nggak pergi ke mana-mana. Ada yang lagi mandiin burung. Dan ada yang cuma bengong dengan tatapan kosong. Jujur, gue lebih tertarik dengan perilaku orang yang bengong pagi-pagi. Karena gue penasaran dengan apa yang ia pikirkan sampe membuatnya bengong. Tapi yang jadi masalah ialah ketika doi sadar bahwa gue sedang memerhatikannya. Pilihannya cuma dua: dia atau gue yang salting.

Sama ada satu manusia lagi yang gue temui di perjalanan, yaitu: orang yang rajin lari pagi meski sedang berpuasa. Asli, gue respect banget dengan jenis manusia yang satu ini. Gue nggak kenal dia, dan gue juga nggak tau dia puasa atau nggak. Tetapi siapapun dia, lu nggak ada lawan.

Salah satu alasan gue sepedahan di bulan puasa adalah kerena gue terinspirasi dengan jenis manusia yang tetap rajin berolahraga, apapun dan gimanapun situasinya. Di mata gue, orang-orang seperti ini nampak keren. Seolah nggak ada yang bisa menghalanginya untuk tetap hidup sehat.

Hormat dari gue.

Tapi kayaknya, gaya hidup sehat lu nggak cocok buat orang kayak gue. Soalnya, usai gue sepedahan, gue ngerasa capek banget. Haus. Padahal gue cuma sepedahan santai, kok gue bisa secapek ini? Sialan.

Tulisan ini gue selesaikan pada pukul 08.00 WIB. Artinya, masih ada waktu sekitar sepuluh jam sebelum adzan maghrib berkumandang. Dan gue masih harus bertahan hidup selama itu, tanpa air setetes pun. Kayaknya, lain kali gue nggak bakal mencari ide dengan cara dan situasi seperti ini lagi. CAPEK WOY!!!

Tolong gue, tolong.

Gue haaauuuuus.

Gue butuh minum.

Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ramadhan #23: Sulit Melupakan (Cerpen)

Ramadhan #20: Orang Asing

2 Tak (Tuyul Sekolah)