Ramadhan #23: Sulit Melupakan (Cerpen)
Jujur, aku benci mengakuinya. Aku benar-benar tak bisa
melupakanmu. Mau kamu bilang aku ingkar janji, terserah, itu hakmu. Tapi
sungguh, untuk janji yang satu ini, aku benar-benar tak bisa menepatinya.
Kemarin, di hari ulang tahunku, saat kamu bertanya,
“Gimana kalau hari ini, hari ulang tahun terakhirmu bersamaku?” Pertanyaan
paling tidak tepat di hari bahagiaku.
Dengan sedikit kesal aku menjawab, “Aku akan melupakanmu,
selama-lamanya. Janji.” Tapi kamu malah tertawa sambil mengacak-acak rambutku.
Kan, kamu tahu, aku paling benci kalau rambutku terlihat berantrakkan.
Tapi itulah kebiasaanmu. Kamu paling tahu caranya bikin aku baper.
***
Satu bulan lagi, hari pernikahan kita genap satu tahun.
Dan di sinilah aku sekarang. Tidur-tiduran di atas kasur yang
super nyaman ini. Tempat paling romantis untuk kita. Tempat kita memadu kasih. Tempat
kita bertengkar. Tempat favorit kita untuk tertawa dan menangis. Dan tempat
kita membicarakan mimpi-mimpi kita. Ah, aku malu menjelaskannya.
Tapi kamu tahu, hal apa yang membuatku sulit melupakanmu?
Aroma khas tubuhmu masih tercium sangat jelas di kasur
ini. Tempatku sekarang bersembunyi di balik selimut. Melapas air mata yang
tidak ada habisnya, setelah kepergianmu kemarin...
untuk selama-lamanya.
Komentar
Posting Komentar