Day 30 #30DaysWritingChallenge

 Write About What Do You Feel When You Write


Satu kata: lega. Buat gue, menulis itu seperti bercerita kepada seorang teman yang sangat gue percaya. Awalnya memang kerasa berat saat ingin menceritakan semuanya, tapi seiring berjalannya waktu, gue malah semakin ingin bercerita sebanyak-banyaknya. Nggak cukup sehari dua hari untuk menceritakan siapa gue, cerita perjalanan hidup gue, hingga keresahan gue. Menulis, kapanpun gue butuhkan, selalu siap jadi tempat pelampiasan atas semua yang gue pikirkan dan rasakan. Memberikan gue kenyamanan yang sama seperti bercerita kepada teman terbaik.

Sepanjang gue menyelesaikan tantangan demi tantangan setiap harinya selama sebulan penuh, banyak perubahan yang gue rasakan tiap kali menyelesaikan tulisan gue. Gue merasa menulis jadi kegiatan yang bisa membantu gue mengurangi stres. Apa yang jadi keresahan gue bisa dilampiaskan dengan cara yang produktif. Sehingga pikiran dan perasaan yang mengganggu gue, dapat teratasi dengan lebih bermanfaat.

Seminggu pertama memang terasa berat buat gue, soalnya udah cukup lama gue nggak nulis. Tau apa yang sulit dari menulis? Ngumpulin niat. Hari ini udah niat mau nulis, eh taunya nggak jadi. Besok aja deh. Besok, besok, terus bergitu sampai berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Alhasil saking lamanya gue mengulur-ulur waktu, jadi banyak kesempatan yang terlewat begitu aja. Harusnya tantangan ini udah gue selesaikan pada akhir tahun 2022, malah baru selesai hari ini, Kamis, 02 Maret 2023.

Masuk ke minggu kedua, mageran akut gue kambuh. Membuka laptop aja enggan. Mencatatnya di handphone pun ogah-ogahan. Tapi mau nggak mau harus gue paksakan. Bisa karena terbiasa. Gue harus mengerahkan seluruh niat gue untuk membasmi mood yang suka naik turun. Gue nggak bisa terus-terusan memelihara penyakit mageran dan menunda-nunda yang menjangkit gue. Harus dicegah dengan kedisiplinan. Kalau nggak dipaksakan mungkin tulisan ini baru akan selesai pada tahun 2050.

Minggu ke tiga gue mulai terbiasa. Sejelek-jeleknya mood gue hari itu, gue tetap menulis. Meski banyak tekanan, gangguan, kebisingan, pacar yang ambekkan, sampai bocil main lato-lato, nggak menghalangi gue untuk tetap menulis. Menyisihkan sedikitnya setengah jam sehari buat nulis. Nggak gampang memang konsisten terhadap sesuatu, tapi selama gue fokus dan menganggap bahwa tantangan ini sebagai sebuah tanggung jawab, pasti semua bisa gue atasi.

Sampailah gue pada minggu keempat. Minggu yang terasa sangat cepat. Sehari bahkan gue bisa menyelesaikan dua sampai tiga postingan sekaligus. Jadi gue bisa menyelesaikan tantangan tiga puluh hari menulis ini lebih cepat dari perkiraan. Dan gue bisa lebih banyak punya waktu luang untuk bersantai-santai.

Di postingan terakhir 30 Days Writing Challenge ini, gue merasa sangat lega. Sekali lagi gue bisa menyelesaikan tantangan menulis selama sebulan penuh. Sebelumnya gue pernah menyelesaikan tantang menulis yang sama: 30 Hari Menulis pada Bulan Ramadhan. Saat itu, di postingan terakhirnya, gue menyebut diri gue sebagai pemenang. Yup, gue berhasil mengalahkan ego dan rasa malas yang kadang masih menghantui gue. Sejatinya, musuh terbesar dalam hidup adalah diri sendiri. Saat gue berhasil menaklukkan kelemahan gue, maka gue telah menjadi pemenang sesungguhnya. Sekali lagi bisa memenangkan tantangan ini, benar-benar membuat gue merasa bangga.

Harapannya, gue bisa lebih konsisten lagi dalam menulis. Bisa menghasilkan tulisan-tulisan yang nggak hanya berguna buat gue sendiri, tetapi juga buat orang lain. Perjuangan gue belum usai sampai di sini. Masih banyak lagi tantangan-tantangan yang sulit, yang harus gue hadapi di masa depan. Gue tau itu nggak mudah, tetapi gue yakin bisa melewatinya. Seperti kata Buzz Lightyear, Menuju tak terbatas dan melampauinya.

Selamat berproses, dan sampai jumpa di lain kesempatan.

Bye.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ramadhan #23: Sulit Melupakan (Cerpen)

Ramadhan #20: Orang Asing

2 Tak (Tuyul Sekolah)