Day 21 #30DaysWritingChallenge

 Write About Love


Pernah nggak sih lu ditanya tentang kriteria pasangan idaman lu seperti apa? Tentu semua orang punya ya, termasuk gue. Seenggaknya pasti ada satu kriteria yang bikin kita suka banget sama seseorang, dan berharap dia mau jadi pasangan kita. Mulai dari gue. Gue itu paling suka dengan cewek kalem, yang nggak banyak tingkah. Cewek-cewek pemalu yang amat mengagumi dan perhatian sama gue. Ya, kayak Hinata istrinya Naruto lah kira-kira. Ha  ha ha, halu banget ya gue. Tapi tenang aja, gue masih normal kok. Gue nggak akan menikahi wanita 2D.

Nggak jarang juga, ada orang-orang yang membagi dua kriterianya, untuk dua fase hidup yang dia jalani. Seperti kriteria A yang hanya untuk sekadar dijadikan pacar. Dan kriteria B yang akan dijadikan istrinya. Biasanya cowok-cowok yang suka kayak begini nih. Membedakan dua tipe perempuan berdasarkan tingkat keseriusannya. Cewek yang ingin dijadiin pacar hanya untuk main-main, sedangkan cewek yang ingin dijadikan istri akan diseriusi.

Beruntungnya gue bukan cowok yang seperti itu, walaupun nggak menutup kemungkinan gue pernah berpikir seperti itu juga.

Di sinilah peran cinta yang sesungguhnya. Berada di antara kriteria dan keserasian. Terkadang yang kita pikir pas buat kita, ternyata sebaliknya. Kita mengidam-idamkan seseorang, padahal bagi seseorang itu kita bukan tipe idamannya. Kita bisa begitu menginginkannya, tapi belum tentu dia menginginkan kita. Memang nggak ada salahnya berjuang untuk mendapatkan apa yang kita mau, namun kadang kala kita perlu sadar diri agar nggak terlalu berharap pada seseorang yang ditakdirkan bukan untuk kita. Malahan, seringkali yang nggak kita inginkan, justru datang melengkapi apa yang kurang dari kita.

Gue sendiri mengalaminya. Udah gue tulis di atas, kriteria pasangan idaman gue seperti apa. Sekarang pertanyaannya, apa pasangan gue sekarang masuk dalam kriteria gue? Nggak, nggak sama sekali. Di mata gue, justru pasangan gue sekarang merupakan tipe cewek yang berbading seratus delapan puluh derajat celcius dari pasangan ideal gue. Gimana nggak, gue sukanya cewek kalem, malah dapat cewek cerewet. Gue berharap dapat cewek pemalu, malah dapat yang agresif. Tapi apa gue menyesalinya? Tentu tidak. Justru dialah yang berhasil memenangkan hati gue.

Biarpun dia cewek yang cerewet dan agresif, ternyata dialah yang berhasil melengkapi segala kekurangan gue. Tingkahnya yang kadang suka ada-ada aja, malah menghibur gue. Memberikan gue kebahagiaan di luar perkiraan gue. Punya banyak kesamaan pula antara gue dan dia. Gue suka apa yang dia suka, dan gue nggak suka apa yang dia nggak suka. Begitupun sebaliknya. Udah gue bilang sebelumnya, cinta yang datang buat kita nggak selalu tentang kriteria. Tapi cinta datang bisa dalam bentuk keserasian. Kecocokan yang berujung pada kenyamanan.

Ternyata cinta itu unik, ya. Bisa datang dalam bentuk pelajaran, supaya nggak salah dalam menentukan yang terbaik. Bisa juga datang dalam bentuk kesedihan, agar bisa lebih menghargai kebahagiaan. Atau seperti yang lagi gue bahas, bisa datang berupa ketidakinginan. Tinggal kitanya aja yang peka sama perasaan sendiri. Mau pilih yang sesuai sama kriteria, tapi bukan yang kita butuhkan. Atau pilih yang datang di luar harapan, tapi dia didatangkan untuk mengisi ruang kosong dari ketikdaksempurnaan kita.

Kalian pasti udah bisa nebak, cinta seperti apa yang gue pilih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ramadhan #23: Sulit Melupakan (Cerpen)

Ramadhan #20: Orang Asing

2 Tak (Tuyul Sekolah)