Day 16 #30DaysWritingChallenge

 Someone I Miss


Terus terang nggak ada seorang pun yang sedang gue rindukan saat ini. Bukannya apa-apa, orang-orang penting di hidup gue, masih ada di sekitar gue. Masih gampang ditemui, masih bisa kontek-kontekkan, dan masih mau membantu gue saat sedang kesulitan. Jadi kalau gue kangen ya tinggal temuin. Beres.

Tapi gimana kalau gue kangen sama orang yang udah lama nggak bertemu? Seperti teman-teman masa kecil. Untuk yang satu ini, gue yakin nggak banyak orang yang secara spesifik kangen sama satu atau dua orang. Karena di saat kita nggak pernah bertemu lagi dengan orang itu, kemungkinan besar yang kita rindukan hanyalah momen-momennya aja. Seiring berjalannya waktu, semakin kita bertumbuh dan berkembang, semuanya pasti akan berubah dengan sendirinya. Kita yang dulu bisa kenal dan berteman dengan mereka, mungkin kalau ada kesempatan bertemu lagi, rasanya udah nggak senyaman dulu. Jadi biarkan itu semua hidup dalam kenangan semata.

Salah satu kangen yang bikin gue nggak habis pikir adalah kangen sama mantan. Ini agak berat nih. Karena nggak semua mantan mau ketemu lagi sama orang dari masa lalunya. Syukur-syukur ada mantan yang masih mau diajak ketemuan, karena kebetulan doi juga kangen sama kita. Tapi gimana sama mantan yang udah memutus segala akses untuk bisa membangun relasi kembali? Udah, mending fokus aja sama masa depan. Jangan lagi menatap ke belakang. Atau saran gue, kalau putus, sebisa mungkin jangan dijadiin mantan. Jadiin aja alumni. Siapa tau masih bisa reuni. Ya, kan?

Terus kangen sama orang yang nggak dikenal. Gue yakin nggak cuma gue doang yang pernah ngalamin ini. Sebagian orang pasti pernah yang namanya kangen sama orang yang bahkan kita nggak tau siapa namanya. Cuma sempat lewat di satu momen di hidup kita, nggak pernah saling bicara, apalagi saling bertukar nomer ponsel. Gue pun ada, tapi sampai sekarang gue nggak tau cara menemuinya.

Dan kangen yang paling menyiksa adalah kangen sama orang yang udah nggak ada. Biasanya akan lebih menyiksa ketika selama hidupnya nggak pernah dianggap ada. Perjuangan-perjuangannya dianggap  biasa. Namun setelah kepergiannya, kita baru merasa hampa.

Mungkin ini sedikit keluar dari tema. Karena sejujurnya gue nggak bisa ngomong banyak-banyak soal seseorang yang gue rindukan. Jadi gue memilih untuk nulis sedikit rasa kangen yang pernah menghantui gue atau bahkan orang lain.

Dari sedikit pengalaman itu gue belajar, bahwa kangen yang sesungguhnya itu muncul ketika orang yang dikangenin udah nggak ada. Meski dia cuma lewat sebentar di hidup kita atau sekadar kenal dari sepenggal kisah hidupnya, selama kita menganggap kehadiranya merupakan sebuah berkah, kepergian atau kehilangannya akan melahirkan rasa kangen yang terasa seperti bencana. Tapi gue juga belajar, bahwa selama masih punya rasa rindu, sejatinya kita nggak pernah kehilangan siapa-siapa.

Di umur gue sekarang, rasanya nggak rela buang-buang waktu hanya untuk kangen-kangenan sama seseorang. Walaupun kata Dilan, “Rindu itu berat. Kamu nggak akan kuat. Biar aku saja,” tetap aja nggak ada artinya jika nggak ada usaha untuk menemuinya. Gampangnya, kalau kangen ya tinggal samperin. Kalau kangen sama kawan lama, cukup kenang dan doakan agar mereka baik-baik aja menjalani hidupnya. Kalau kangen sama mantan, lupain atau hubungin, jangan cuma di-stalking. Kalau kangen sama orang dari masa lalu yang bahkan kita nggak kenal, biar takdir yang memutuskan akan mempertemukannya atau nggak. Kalau kangen sama orang yang udah nggak ada, belajarlah dari film Coco: selama orang yang kita rindukan nggak pernah hilang dari ingatan kita, orang itu akan selamanya hidup di hati kita.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ramadhan #23: Sulit Melupakan (Cerpen)

Ramadhan #20: Orang Asing

2 Tak (Tuyul Sekolah)