RB 2018-Selamanya

RB

Setelah gue lihat-lihat ke belakang, ternyata udah lama juga gue nggak nulis blog. Yang tadinya udah sepi, malah jadi tambah sepi. Tapi berhubung sedang ada momen yang berkesan buat gue, kenapa nggak gue abadikan aja dengan cara gue sendiri? Nulis. Hitung-hitung pemanasan buat tulisan-tulisan gue mendatang.

Dari foto di atas, kayaknya orang-orang udah tau gue bakal bahas apa. Yup, gue bakal bahas tentang pertemanan. Pertemanan yang terhubung dalam satu ruang kelas. Sebenarnya nggak beda jauh sama pertemanan di sekolah pada umumnya. Tapi di setiap kelas, pasti ada keistimewaan tersendiri.

Hmmm, cuman masalahnya gue bingung harus mulai dari mana. Kalo membahas pertemanan kayaknya nggak akan pernah ada habisnya. Kalo gue jabarin panjang-lebar, mungkin bisa ngalahin skripsi. Tapi gue akan coba rangkum sesingkat dan sepadat yang gue bisa.

Oh, gue tahu harus mulai dari mana. Coba perhatikan foto di bawah ini.

RB

Foto ini diambil sekitar dua sampai tiga tahun yang lalu. Kami dipertemukan di dalam sebuah kelas bernama: RB (Reguler B), jurusan Pendidikan Ekonomi, program studi Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial atau yang disingkat FIPPS, Universitas Indraprasta PGRI. Pilihan dan takdirlah yang mempertemukan kami. Dan kedua hal itu juga yang nantinya akan memisahkan kami semua.

Gue nggak tau apa reaksi teman-teman gue setelah melihat foto barusan. Tapi buat gue, foto barusan mengingatkan gue kembali pada masa-masa pertama kalinya gue menginjakkan kaki ke kelas dan melihat wajah-wajah baru di hidup gue. Awalnya gue berpikir, mungkin gue nggak akan terlalu akrab dengan orang-orang ini. Karena memang setahu gue, yang namanya kuliah, tiap semester bakal gonta-ganti orang. Tapi setelah gue tahu, gue bakal sekelas dengan mereka selama empat tahun, gue merasa, mungkin ini akan jadi pertemanan yang erat.

Dan benar aja, ada banyak yang gue dapatkan setelah empat tahun bersama mereka. Mulai dari seru-serunya, sampe drama-dramanya gue dapatkan di kelas ini. Gue sadar betul bahwa ini bukan pertama kalinya terjadi di hidup gue dan teman-teman gue. Bertemu dengan orang-orang baru dan berpisah dengan orang-orang itu sudah menjadi siklus yang pasti dialami setiap manusia. Tapi anehnya, setelah empat tahun berlalu, gue masih merasa belum siap seutuhnya menghadapi perpisahan.

Sebetulnya gue nggak pengin menyebut ini sebagai perpisahan. Tapi gue juga nggak bisa menampik bahwa hal itu akan terjadi. Karena pada akhirnya setiap dari kita akan memilih jalan masing-masing dan memulai tujuan hidup yang baru.

RB

Sebagai kelas yang ideal, tentu setiap orang punya perannya masing-masing di dalam kelas. Ada yang si paling rajin, si paling malas, si paling lucu, si paling ngeselin, si paling berisik, si paling rumpi, si kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang), si paling hits, si paling anak tongkrongan, si pemersatu kelas, si paling dibully, si paling nggak punya peran apa-apa di kelas (ada atau nggaknya dia di kelas nggak memengaruhi apa-apa), dan masih banyak lagi. Bisa dibayangin betapa rusuhnya suatu kelas, diisi sama orang-orang dengan keunikannya masing-masing. Tapi justru di situ letak keseruannya.

Itu baru secara individu. Belum lagi, seiring berjalannya waktu, akan ada kelompok-kelompok tertentu di dalam kelas yang secara sadar maupun tidak terbentuk begitu saja. Secara nggak langsung akan memberi batas antara satu sama lain. Nggak jarang juga terjadi suatu gesekkan antar satu kelompok dengan kelompok yang lainnya. Apakah itu salah? Oh, tentu tidak. Karena setiap orang punya hak untuk memilih lingkungan manapun yang nyaman buat diri mereka sendiri. Dan itu masih suatu hal yang lazim buat gue.

Tapi kemarin, tepatnya pada tanggal 9 Oktober 2022, gue dan teman-teman mengadakan sebuah acara perpisahan berkedok silaturahmi atau kumpul-kumpul. Sekaligus menjadi bentuk rasa syukur kami karena bisa lulus kuliah bareng-bareng. Dan yang terpenting, acara kemarin menjadi wujud rasa terima kasih kami kepada Dosen Pembimbing Akademik yang banyak berjasa untuk kami.

Suasana kelas masih terasa sangat melekat di acara kemarin. Nggak banyak yang berubah dari terakhir kali kami disatukan dalam satu tempat dan waktu yang sama. Masih ada yang suka menyendiri dan masih ada yang suka berkelompok. Dan nggak ada yang salah dengan hal itu. Tapi di tengah-tengah acara, saat sesi pemberian kenang-kenangan kepada Dosen PA dan foto bersama, ada atmosfer berbeda yang gue rasakan. Dari senyum teman-teman gue, seakan tersirat bahwa nggak ada satupun dari mereka yang siap dengan perpisahan. Seolah nggak ingin kebersamaan kemarin cepat usai dimakan waktu.

Dari kebersamaan kemarin, jelas memberi tanda bahwa kisah kami belum selesai. RB nggak hanya dimulai dari tahun 2018 dan berakhir di tahun 2022. Seolah-olah masih banyak lampu hijau yang menyala hanya untuk menyatukan kami di lain kesempatan. Momen seperti itulah yang selalu gue tunggu-tunggu. Di mana saat gue dan teman-teman memilih untuk berada di jalannya masing-masing, ada persimpangan yang akan mempertemukan kami kembali.

RB


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ramadhan #23: Sulit Melupakan (Cerpen)

Ramadhan #20: Orang Asing

2 Tak (Tuyul Sekolah)