Ramadhan #29: Hari Kemenangan

Sumber foto: pexels.com

Proses pengerjaan dari setiap postingan edisi spesial ramadhan di blog gue—dari pertama hingga saat ini—semua dikerjakan secara dadakan. Baru nemu ide langsung tulis. Baru dapat inspirasi langsung dicatat biar nggak lupa. Cuman, memang ada yang gue udah persiapkan dari jauh-jauh hari, tapi proses editing tiap postingannya tetap dadakan.

Ada tiga tahap yang biasa gue lakukan dalam menulis setelah menemukan ide. Pertama, menuliskan semua yang ada di kepala gue (mau jelek, mau typo, mau nggak terstruktur, urusan nanti). Kedua, membaca ulang tulisan gue dari awal sampe akhir untuk memastikan pesan yang ingin gue sampaikan bisa mudah dipahami. Ketiga, baca ulang lagi untuk memastikan adanya kesalahan-kesalahan kecil, seperti typo.

Minggu pertama gue menulis di bulan ramadhan tahun ini, masih terasa menyenangkan. Ide-idenya masih fresh. Ada banyak keresahan yang pengin gue tuangkan dalam tulisan. Semangat menulisnya pun masih berapi-api. Pokoknya nggak ada yang bisa menghalangi gue dalam menulis. Bahkan tugas kuliah sekalipun.

Gue masih sangat memprioritaskan blog gue ketimbang urusan lainnya. Nulis dulu, baru ngerjain yang lain.

Masuk minggu kedua. Gue mulai menghadapi ganguan mental akut yang orang-orang sering sebut sebagai: males gerak alias mager. Idenya ada, cuman males buka laptop. Dari yang tadinya apa-apa nulis dulu baru ngerjain yang lain, berubah menjadi ngerjain yang lain dulu baru tidur (nggak nulis soalnya udah kecapean). Makanya nggak heran, kalo di minggu-minggu kedua, gue sering telat upload.

Di minggu-minggu ini, kadang gue merasa ingin menyerah. Membayangkan nulis tiga puluh ide yang berbeda setiap harinya, rasanya bikin kepala gue mau pecah. Nggak ada yang lebih buruk, dari tekanan yang dibuat berdasakan keputusan dan komitmen diri sendiri.

Masuk minggu ketiga, ide-ide di kepala gue mulai macet, sampe gue harus mencari inspirasi lewat media sosial dan jalan-jalan ke luar rumah. Seperti yang pernah gue bilang sebelunya, nulis sebenarnya gampang asal ada ide. Jadi gue mau nggak mau harus menjemput ide secara paksa.

Gue tau ide bisa datang dari mana aja. Asalkan gue bersungguh-sungguh menjemputnya, pasti ide nggak akan pernah habis. Tapi terkadang, ide-ide yang muncul di kepala gue agak nggak layak untuk diposting. Karena satu dan lain hal, banyak dari tulisan gue yang cuma disimpan di jurnal pribadi gue. Mungkin sewaktu-waktu bakal gue posting, tapi nggak janji.

Yang lebih sulit lagi adalah, memikirkan gimana caranya agar pesan yang ingin gue sampaikan lewat tiap postingan bisa diterima dengan baik oleh pembaca. Gue merasa seperti ada sebuah tanggung jawab yang harus gue siratkan untuk menambah value di setiap tulisan gue—yang siapa tau bisa bermanfaat dan menginspirasi pembaca blog ini.

Masuk minggu keempat, semangat menulis gue mulai kembali. Bukan karena kebanyakan ide, tapi karena nanggung. Mau berhenti, tanggung. Mau lanjut, mikir-mikir. Cuman di minggu ini, gue merasa lebih santai aja dalam menulis. Gue akan menulis dan posting kapanpun gue mau. Nggak terikat lagi oleh waktu. Makanya akhir-akhir ini tulisan gue lebih straight to the point, alias singkat, padat, dan jelas.

Sampailah gue di postingan terakhir edisi spesial ramadhan tahun ini. Kalo diingat-ingat ke belakang, rasanya waktu berjalan sangat cepat. Setiap proses yang gue jalani untuk bisa sampe di titik ini nggak mudah. Ada banyak hambatan yang harus gue hadapi, baik dari dalam diri gue sendiri maupun dari luar. Jika apa yang gue kerjakan untuk blog ini bisa diucapkan dalam satu kata, gue akan bilang, “JUARA.” Karena gue berhasil memenangkan tantangan yang gue buat sendiri. Gue juaranya di sini.

Besok udah lebaran. Selain akan menjadi hari kemenangan bagi umat muslim, lebaran tahun ini juga menjadi hari kemenangan yang personal buat gue. Sekaligus, gue dan segenap keluarga besar, ingin mengucapkan, “Minal ‘Aidin wal-Faizin. Mohon dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya. Semoga Allah SWT menerima amal dan ibadah yang kita kerjakan di bulan suci ramadhan tahun ini, dan di tahun-tahun berikutnya.”

Sedangkan dari gue pribadi, gue ingin mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada para pembaca blog ini yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membaca curahan hati gue setiap harinya. Gue sangat bahagia bisa menceritakan semua yang ada di pikiran dan hati gue kepada kalian.

Sekian dari gue, dan sampai jumpa di lain kesempatan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ramadhan #23: Sulit Melupakan (Cerpen)

Ramadhan #20: Orang Asing

2 Tak (Tuyul Sekolah)