Ramadhan #24: Quarter Life Crisis
Hujan semalam membuat gue sedikit merenungkan kehidupan
gue dua tahun belakangan ini. Umur gue sekarang mau hampir dua puluh empat
tahun, artinya dua tahun ke belakang umur gue masih dua puluh dua tahun. Memikirkan
apa sebenanya tujuan hidup gue saat itu.
Iya, sekarang gue baru tau kalo fase yang gue alami dua
tahun belakangan ini disebut dengan quarter
life crisis. Fase di mana seseorang mempertanyakan apa tujuannya hidupnya
di dunia ini. Gue jadi berpikir, apa ya, yang gue pikirkan saat itu? Hidup
datar-datar aja. Nggak maju, nggak mundur. Hidup nyaman dengan apa yang gue
punya.
Kayaknya sih, tujuan hidup gue mulai memudar ketika
awal-awal pandemi. Dua tahun lalu gue masih mempunyai api untuk menjadi seorang
guru. Tapi makin ke sini, api itu udah mulai padam. Mungkin salah satu
faktornya karena kuliah online. Untuk
melatih kompetensi gue sebagai calon guru, tentu harus dimulai dengan banyak
melakukan interaksi secara langsung terhadap orang lain. Karena kuliah online, gue jadi kehilangan kesempatan
untuk itu.
Gue yang cenderung nggak suka keluar rumah, sebenarnya
nggak ada masalah jika terpaksa harus menghadapi kuliah online. Gue udah terbiasa melakukan banyak hal di dalam rumah. Jadi
kuliah online bukan masalah besar
buat gue. Tinggal setor muka, ngerjain tugas, UTS, setor muka lagi, ngerjain
tugas lagi, tau-tau UAS, libur, dan masuk ke semester selanjutnya.
Usaha gue di rumah juga nggak berdampak apa-apa pada tujuan
hidup gue. Penghasilan yang pas-pasan, dengan kebutuhan hidup gue yang nggak
berlebihan, membuat gue merasa cukup dengan apa yang gue punya. Cukup untuk
bayar kuliah, cukup buat gue jajan-jajan cantik, dan cukup untuk menabung
dikit-dikit. Seenggaknya, penghasilan dari usaha gue di rumah, masih bisa membuat
gue bertahan hidup sampe sekarang.
Apalagi yang gue butuhkan saat itu? Semua udah cukup,
semua udah terpenuhi.
Untungnya, karena hampir dua tahun gue banyak
menghabiskan waktu di rumah, gue jadi punya banyak waktu untuk baca buku. Karena
suka baca buku, gue jadi pengin nulis buku. Gue mulai mengikuti beberapa lomba
menulis. Dari lomba menulis puisi, esai, dan cerpen. Berangkat dari sana, minat
gue pada dunia tulis-menulis mulai tumbuh, dan gue perlahan mulai menemukan tujuan
hidup kembali.
Seperti yang pernah gue bilang di postingan beberapa
waktu lalu yang berjudul “Question of
Life”, menulis membuat gue menemukan tujuan hidup yang sebenarnya. Berkat
menulis, api di dalam hati gue kembali berkobar. Entah untuk apa kemampuan
menulis gue ini. Mungkin akan jadi pekerjaan utama gue di masa depan, atau
mungkin cuma jadi pendamping pekerjaan utama gue—yang gue belum tau apa itu.
Namun meskipun saat ini belum ada yang bisa gue hasilkan dari menulis—selain atensi—tapi gue yakin suatu saat nanti, menulis bisa jadi modal utama gue menaklukkan dunia.
Komentar
Posting Komentar