Ramadhan #22: Satu Kesempatan Lagi (Cerpen)

 

Sumber foto: pexels.com

Seandainya aku tahu hal ini akan terjadi, aku pasti tidak akan pernah mengkhianatimu. Menduakanmu adalah keputusan paling naif yang pernah kupilih. Sampai pada akhirnya aku merasakan penyesalan. Dan rasanya sungguh tak teratasi.

Kalau saja aku bisa mengulang waktu, aku pasti akan memperbaikinya. Aku tidak akan memilih jalan yang menyesatkan. Aku tidak akan memilih jalan menuju nafsu. Aku tidak akan memilih jalan yang hanya akan membuatku merasa kurang, hingga sulit membuatku merasa bersyukur.

Setidaknya, apakah kamu bersedia memberikanku satu kesempatan lagi? Aku janji tidak akan pernah menyia-nyiakannya lagi. Janjiku kali ini, bukan hanya sekadar gombalan atau bujuk rayu agar kamu memaafkanku. Kamu boleh memarahiku, menghajarku, bahkan berkata kotor kepadaku. Selama itu bisa membuatmu memaafkanku, aku siap menerimanya.

Aku bersungguh-sungguh.

Aku tidak akan jatuh pada pilihan yang salah lagi.

Aku ingin kita kembali bersama.

Namun sepertinya, amarahmu masih meluap-luap. Terlihat jelas dari matamu. Mata yang menandakan kekecewaan. Yang membuatku tertunduk jika menatapnya.

Embusan napasmu malam itu, masih teringat jelas di kepalaku. Kamu hanya memberiku sebuah kotak hitam, berisi jam tangan yang selama ini aku idam-idamkan. Lalu kamu hanya berkata, “Ini hadiah yang belum sempat aku kasih ke kamu, sebelum hari paling menyakitkan itu terjadi.”

Hanya itu kalimat yang keluar dari mulutmu. Setelah itu... kamu pergi.

Entah reaksi seperti apa yang harus aku gambarkan di wajahku. Senang? Ya, aku senang menerima jam tangan ini darimu. Sedih? Ya, itu juga. Karena walaupun jam tangan ini kauberikan, aku sama sekali tidak merasakan adanya kesempatan.

Meski kuputar balik jarum jam ini ke arah yang berlawanan, semua hal yang kuharapkan darimu; kesempatan, belas kasihan, dan maaf darimu...

tidak akan pernah kuterima lagi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ramadhan #23: Sulit Melupakan (Cerpen)

Ramadhan #20: Orang Asing

2 Tak (Tuyul Sekolah)