nulisdod

  Belum lama ini, langganan nasi uduk Emak gue yang udah lama nggak pernah muncul... dateng lagi. Lalu dia memesan beberapa bungkus nasi uduk, untuk dibawa pulang ke rumah. Saat itu, dia keliatan kayak sedang mencari-cari sesuatu dari meja dagang Emak gue. Abis itu, dia tiba-tiba nanya ke Emak gue, “Bu, Dorayaki-nya nggak ada, ya?” Dan Emak gue menjawab, “Udah nggak jualan itu lagi.” Langganan lama Emak gue itu cuma bisa bilang, “Yah,” dengan nada yang agak sedikit kecewa. Nah, gara-gara itu, gue jadi dapet ide buat ngebahas tentang Dorayaki di postingan gue kali ini. Gue jelasin dulu, Dorayaki adalah makanan tradisonal dari negara Jepang yang bahan-bahan utama pembuatannya terdiri dari: tepung, telur, sedikit madu, dan selai untuk isiannya. Pada umumnya, Dorayaki hanya menggunakan selai kacang merah sebagai isiannya. Tetapi seiring perkemangan zaman, isian Dorayaki menjadi lebih variatif. Kayak misalnya, ada yang rasa coklat, strawberry, blueberry, keju, oreo, nutella, ovomaltine,...

  Di umur gue yang udah mau menginjak 23 tahun, ada perubahan signifikan yang terjadi pada nasihat Emak gue. Dulu, waktu gue masih bocah, nasihat-nasihat yang paling sering disampaikan kepada gue cuma sekadar: jangan lupa Salat , jangan telat makan, jangan bandel, dan yang paling penting... jangan bawa uler lagi ke sekolahan ( true story ). Tapi sekarang, nasihat yang cukup sering Emak gue berikan, udah berada di tahap yang jauh lebih berat lagi. Kayak misalnya: prinsip-prinsip hidup, ngebahas tentang kematian, dan yang paling krusial menurut gue adalah memilih ‘Calon Istri’ yang baik. Hmmm. Sebenernya, butuh persiapan yang cukup matang bagi gue, buat melibatkan keluarga ke dalam postingan ini. Terutama Emak gue. Tapi berhubung Blog ini adalah salah satu tempat buat gue mengekspresikan diri, jadi nggak ada salahnya kalo gue menceritakan beberapa hal menarik tentang Emak gue di sini. Toh, dia juga nggak bakal bisa baca postingan gue yang satu ini. Orang Emak gue punya handphone, ...

  Jadi ceritanya, gue lagi iseng-iseng lihat foto-foto lama gue di Google Foto. Dari situ, gue nggak sengaja nemuin foto lama gue pas masih SMA. Tepatnya, foto pas gue botak untuk pertama kalinya, dan mungkin untuk terakhir kalinya. Kecuali nanti kalo udah lansia, dan udah mengalami kebotakan. It’s oke , lah. Nah, di postingan kali ini, gue mau nyeritain latar belakang kenapa gue bisa botak, dampak yang terjadi setelah gue botak, dan pelajaran apa yang bisa gue ambil dari pengalaman botak gue saat itu. Karena menurut gue, pengalaman ini lumayan seru kalo gue ceritain di Blog . Semoga . Semua ini bermula ketika gue masih duduk di kelas dua SMA. Kalo nggak salah sekitar tahun 2014, awal semester satu. Angkatan Paskibra tahun 2013, yang mana itu adalah angkatan gue sendiri, diamanahkan untuk mewakili SMA gue buat berpartisipasi dalam lomba LKBB (Lomba Keterampilan Baris Berbaris) di SMA Negeri 3 Depok. H-1 lomba, senior Paskib gue memerintahkan angkatan gue yang cowok-cowok buat cuku...

  Sebagai seorang pengendara motor, gue suka heran sama pengendara motor yang kelakuannya suka asal-asalan kalo lagi di jalan. Bukan cuma membahayakan dirinya sendiri atau pengendara motor lainnya, tapi kadang kelakuannya suka bikin gue geleng-geleng kepala. Nah, jadi pengendara motor kayak apa yang gue maksud? Nggak usah kebanyakan intro, simak penjelasan gue yang berikut ini: Heran, sama pengendara motor yang berjiwa pembalap. Maksud gue berjiwa pembalap di sini adalah: pengendara motor yang ngerasa kalo jalanan umum dan jalanan lainnya merupakan arena balapan untuknya. Di jalanan kampung, suka ngebut-ngebutan. Di jalanan besar, berasa Valentino Rossi. Jalanan buntu, kalo bisa tetap diterobos sama dia. Ciri-ciri pengendara kayak gini, kalo di lampu merah, maunya di saf paling depan. Sekalinya dia nggak dapet di saf paling depan, lampunya masih kuning, motornya udah digeber-geber terus. Atau paling nggak, mainin klakson mulu kerjaannya. Gue sih bisa ngerti, kalo lu emang lagi b...